Desain
pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi
untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara
efektif antara pendidik dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status
awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang
“perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Sebagai
suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar
pada kognitif dan perilaku.
Dengan kata
lain, desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan
tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan
paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan
mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem dalam pendidikan dapat mencakup
beberapa daerah bidang garapan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem
pembelajaran, sistem implementasi, sistem implementasi dan sebagainya.
Metode pembelajaran Dick dan Carey
merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem
(System Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem
pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan
evaluasi. Metode sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri
atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas
pembelajaran yang lebih besar. Dick dan Carey memasukan unsure kognitif
dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran
ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini dipelukan untuk
dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara
optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Rancangan Dick And Carey
Menurut Gafur dalam Soeharto ( 1988:
12) definisi desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan
dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk didalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran,
kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar.
Perancangan bahan pembelajaran dan
lingkungan belajar bisa berpedoman pola pikir dan prosedur yang berbeda (
Molenda & Boling, 2008:103). Perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik
awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Ini berarti bahwa perbaikan
kualitas pembelajaran harus diawali dari perbaikan kualitas desain pembelajaran
dan merancang pembelajaran dengan pendekatan sistem (Degeng, 1999: 2).
Desain sistem pembelajaran merupakan proses sistematik yang dilakukan dengan
menerjemahkan prinsip prinsip belajar dan pembelajaran untuk diaplikasikan ke
dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran (Pribadi, 2009: 82).
Hakikat pendekatan sistem adalah
membagi proses perencanaan pembelajaran kedalam langkah langkah, menyusun
langkah langkah secara logis dan menggunakan hasil tiap tiap langkah sebagai
masukan langkah berikutnya ( Molenda
& Boling, 2008:104). Ada banyak model desain yang menggunakan pendekatan
sistem. Desain tersebut berbeda dalam jumlah dan nama langkah langkahnya,
serta fungsi masing masing langkah yang direkomendasikan ( Molenda &
Boling, 2008:110).
Langkah – Langkah Pembelajaran Dick
And Carey
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa
kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya
adalah dengan memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19). Sasaran
akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran
umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara
mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan.
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Tujuan utama analisis pembelajaran adalah
mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran
(Dick, et al, 2001: 37) Karena prosesnya relatif kompleks,
analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui
dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas
belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan
bawahan. Keduanya merupakan proses analisa pembelajaran.
Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya
memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan motorik.
Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis
hierarkis (Dick, et al, 2001: 81).
3. Menganalisis Karakteristik Siswa Dan
Konteks Pembelajaran
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal
penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis
terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua
langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks
meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa
dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik
siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan
sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang
karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program
pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan
digunakan.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan
pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti
kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
a. Menentukan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh
proses pembelajaran.
b. Kondisi yang
diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang
telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran khusus menyebutkan
sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika pebelajar
menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1999: 2).
Komponen kondisi bisa berupa bahan dan alat, informasi dan lingkungan.
c. Indikator atau
kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam
menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa
kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau
kualitas hasil akhir (Degeng, 1999: 5).
5. Mengembangkan Instrumen Penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan,
langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang
mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam
menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat
mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan
tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai.
Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap
langkah yang dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al, 2001:173).
Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk
mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan
patokan :
a. Tes
perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum
mulai pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah
menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
b. Tes pendahuluan
atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui
profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran. Pre test tidak
selalu harus dilakukan. Pada saat topic yang akan dipelajari merupakan
sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa
menggambarkan kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena pebelajar
mungkin menebak jawaban tes.
c. Latihan
adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan
ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya
sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan
memonitor kecepatan pembelajaran.
d. Post test
adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang
mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post
test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil.
Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan
selama proses desain pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148).
Item tes dan tugas harus sesuai dengan :
1. Tujuan
sementara dan tujuan akhir pembelajaran
2. Karakteristik dan kebutuhan pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa,
tingkat perkembangan pebelajar, tingkat motivasional dan ketertarikan,
pengalaman dan latar belakang dan kebutuhan khusus pebelajar (Dick, et al,
2001: 151-153). Desainer juga harus membuat keadaan pada saat tes sama
dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis atau autentik.
Pebelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal.
6. Mengembangkan Strategi
Pembelajaran
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan
sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut strategi
pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep strategi
pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh
Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick and Carey
mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra
pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3) partisipasi pebelajar, 4)
penilaian dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et al, 2001: 189). Aktivitas
pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan tujuan
pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar.
Selanjutnya dilakukan penyajian materi. Kegiatan ini bukan hanya untuk
menjelaskan konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan hubungan antar
konsep. Desainer juga memutuskan berapa jenis dan jumlah contoh yang akan
diberikan untuk tiap tiap konsep. Salah satu komponen yang paling kuat dalam
proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan balik. Desainer harus
memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik
atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk kegiatan
lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan
berhasilnya proses belajar.
7. Mengembangkan Dan Memilih Bahan
Ajar
Bahan ajar memuat isi yang akan
digunakan pebelajar untuk mencapai tujuan. Termasuk didalamnya
adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses
belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan
digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran.
Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan
pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test.
Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan
pebelajar (Dick, et al, 2001: 245)
8. Merancang Dan Mengembangkan
Evaluasi Formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah
untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan
pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai
masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun
tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang
lain yang juga ahli merupakan hal yang penting (Dick et al, 2001: 285)
Tiga jenis evaluasi formatif dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu :
a. Evaluasi
perorangan
Evaluasi perorangan merupakan tahap
pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui
kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk
memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan
memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada
isi bahan ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang
berkemampuan dibawah rata-rata.
b. Evaluasi
kelompok kecil
Evaluasi kelompok kecil dilakukan
dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi
ini dilakukan untuk menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat
setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah yang mungkin
masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa
interaksi langsung dengan pengembangan.
c. Evaluasi
lapangan
Evaluasi lapangan adalah uji coba
program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program
tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.
9. Melakukan Revisi Terhadap Program
Pembelajaran
Langkah akhir dari proses desain
pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data
yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk
mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran.
Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi
juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam
program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan
karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu
dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas program tersebut.
10. Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis
evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap
sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh
Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai
dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang
digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program,
tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk
menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain
sistem pembelajaran.
Kesepuluh langkah desain yang
dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan
sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain
sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang
dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah
selanjutnya.
Langkah awal
pada pembelajaran dick and carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana
tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan.
Penggunaan
metode pembelajaran dick and carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran
dimaksudkan yakni agar:
- Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,
- Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki
- Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
Penggunaan
metode pembelajaran dick and carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran
dimaksudkan yakni agar: Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa
dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada
akhir pembelajaran, bagaimana jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal
yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran? Apakah penggunaan metode
dick and carey kurang cocok digunakan dalam merancang atau megembangkan suatu
mata pelajaran?
Menurut saya jika terjadi demikian maka dapat dilakukan evaluasi (proses pembelajaran), tujuannya untuk mengetahui kekeliruan-kekeliruan yang terjadi dalam penerapan model dick and carey tersebut sehinggasiswa pada akhirnya tidak memiliki kompetensi yang diharapkan.
BalasHapusCocok atau tidak nya hanyalah masalah proses penerapan dan hasil belajar siswa. Dick and carey sendiri memiliki tahapan yang cukup panjang dan terkonsep yang secara umum merancang pembelajaran menjadi berhasil.
Menurut saya jika jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, maka harus dilakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
BalasHapusjika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,maka perlu diadakannya revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
BalasHapusmenurut saya dilakukan tahap dick and carey yang kesembilan yaitu melakukan revisi pada program pembelajaran. guru merevisi perangkat pembelajaran guna memperbaiki dan lebih menyempurnakan produk akhir penelitian pengembangan ini. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan seiring dengan berkembangnya taraf berpikir guru dan banyaknya saran konstruktif dari para validator. dengan begitu jika ada masalah maka akan segera mungkin diperbaiki oleh guru sebelum evaluasi sumatif dilakukan.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMenurut saya jika terjadi demikian , artinya siswa tidak memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan. yaitu tidak mampu menguasai materi. maka yang perlu dipermasalahkan bukan gagal atau tidak modelnya. tetapi proses penerapannya oleh guru dalam merancang, merencanakan, kemudian mengimplementasikan dikelas. makanya kita perlu teliti dalam merancang, karena jika kita gagal, berarti kita merancang kegagalan. artinya setiap prosesnya harus dilewati dengan sungguh2 per tahapnya, terutama pada analisis pembelajaran dan karakter siswa, per tahapnya. sehingga kita bisa mengetahui kelemahan siswa kita dimana dan kita sebagai guru dimana, dan jika kita sudah mengetahui ini, maka kita dapat merancang dengan baik.
BalasHapusapabila terjadi kegagalan maka kita bisa merevisi perencanaan yang telah kita buat, memperbaikinya, melihat posisi penyebab kegagalannya dimana , agar untuk kedepannya tidak gagal lagi.
menurut saya jika terjadi hal demikian maka kita perlu memperhatikan tingkat pemahaman siswa melalui 3 tipe dari evaluasi formatif.. hasil dari evaluasi formatif dapat kita analisis apakah model yg kita rancang dan kita kembangkan apakah sudah susuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai jika belum sesuai seperti kasus diatas maka kita sebagai guru hendaknya melakukkan revisi tentang model yang kita kembangkan setelah di revisi kemudian kita lakukan lagi evaluasi sumatif. baru lah kita tahu atrau terjadi peningkatan atau prnurunan dalam pembelajaran.
BalasHapusmenurut saya jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran dengan mengnggunaan metode dick and carey ini bukan kurang cocok digunakan dalam merancang atau megembangkan suatu mata pelajaran tetapi perlunya evaluasi . Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini dianggap puncak dalam aktifitas desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yan digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses desain sistem pembelajaran.
BalasHapusMenurut saya jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,maka perlu diadakannya revisi terhadap draf program pembelajarannya. Revisi harus selalu dilakukan guna memperbaiki dan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi. Evaluasi juga perlu dilakukan baik dalam segi guru atau dalam segi peserta didik,. Apakah model dick and carey membuat siswa susah dalam memahami materi pelajaran atau peserta didiknya yang tidak ada keinginan untuk belajar. cocok atau tidaknya model dick and carey untuk merancang atau megembangkan suatu mata pelajaran hanya bagaimana menyesuaikan model itu dalam pembelajaran
BalasHapus
BalasHapusjika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,maka perlu diadakannya revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga
semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.