Langsung ke konten utama

Pengenalan Desain Instruksional Dick and Carey



Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan  secara efektif antara pendidik dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada kognitif dan perilaku.

Dengan kata lain, desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem implementasi, sistem implementasi dan sebagainya.

Metode pembelajaran Dick dan Carey merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Metode sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar.  Dick dan Carey memasukan unsure kognitif dan behavioristik yang menekankan  pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini dipelukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi  masalah-masalah pembelajaran.

Rancangan Dick And Carey
Menurut Gafur dalam Soeharto ( 1988: 12) definisi desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.  Termasuk didalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar.

Perancangan bahan pembelajaran dan lingkungan belajar bisa berpedoman pola pikir dan prosedur yang berbeda ( Molenda & Boling, 2008:103). Perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran.  Ini berarti bahwa perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dari perbaikan kualitas desain pembelajaran dan merancang pembelajaran dengan pendekatan sistem (Degeng, 1999: 2).  Desain sistem pembelajaran merupakan proses sistematik yang dilakukan dengan menerjemahkan prinsip prinsip belajar dan pembelajaran untuk diaplikasikan ke dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran (Pribadi, 2009: 82).

Hakikat pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran kedalam langkah langkah, menyusun langkah langkah secara logis dan menggunakan hasil tiap tiap langkah sebagai masukan langkah berikutnya        ( Molenda & Boling, 2008:104). Ada banyak model desain yang menggunakan pendekatan sistem. Desain tersebut berbeda dalam jumlah  dan nama langkah langkahnya, serta fungsi masing masing langkah yang direkomendasikan ( Molenda & Boling, 2008:110). 

Langkah – Langkah Pembelajaran Dick And Carey
1.    Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar  mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19). Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan  pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan.

2.   Melakukan Analisis Pembelajaran
Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran (Dick, et al, 2001: 37) Karena prosesnya relatif  kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan bawahan.  Keduanya merupakan proses analisa pembelajaran. 
Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan motorik.  Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis (Dick, et al, 2001: 81).

3.   Menganalisis Karakteristik Siswa Dan Konteks Pembelajaran
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

4.   Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
a.   Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang  dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
b.   Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran khusus menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1999: 2).  Komponen kondisi bisa berupa bahan dan alat, informasi dan lingkungan.
c.   Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas hasil akhir (Degeng, 1999: 5).

5.   Mengembangkan Instrumen Penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.  Beberapa tujuan pembelajaran  tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai.  Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al, 2001:173).

Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan :
a.   Tes perilaku awal atau entry behavior test.  Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
b.  Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran. Pre test tidak selalu harus dilakukan.  Pada saat topic yang akan dipelajari merupakan sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa menggambarkan kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena pebelajar mungkin menebak jawaban tes.
c.   Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran.
d.   Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil.

Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan selama proses desain pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148).
Item tes dan tugas harus sesuai dengan :
1.   Tujuan sementara dan tujuan akhir pembelajaran
2.  Karakteristik dan kebutuhan pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa, tingkat perkembangan pebelajar, tingkat motivasional dan ketertarikan, pengalaman dan latar belakang dan kebutuhan khusus pebelajar (Dick, et al, 2001: 151-153).  Desainer juga harus membuat keadaan pada saat tes sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis atau autentik.  Pebelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal.

6.   Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut  strategi pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning.  Dick  and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3) partisipasi pebelajar,  4) penilaian dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et al, 2001: 189). Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar. Selanjutnya dilakukan penyajian materi.  Kegiatan ini bukan hanya untuk menjelaskan konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep. Desainer juga memutuskan berapa jenis dan jumlah contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap konsep. Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka.  Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar.

7.   Mengembangkan Dan Memilih Bahan Ajar
Bahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk  mencapai tujuan.  Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran.  Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test. Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan pebelajar  (Dick, et al, 2001: 245)

8.   Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran.  Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang penting (Dick et al, 2001: 285)
Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu :
a.   Evaluasi perorangan
Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal  daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar.  Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata.
b.   Evaluasi kelompok kecil
Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan  untuk menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan  mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembangan.
c.   Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.

9.   Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran
Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.

10.  Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan  direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi  sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.

Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya.

Langkah awal pada pembelajaran dick and carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
Penggunaan metode pembelajaran dick and carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan yakni agar:
  1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,
  2. Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki
  3. Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.

Penggunaan metode pembelajaran dick and carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan yakni agar: Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, bagaimana jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran? Apakah penggunaan metode dick and carey kurang cocok digunakan dalam merancang atau megembangkan suatu mata pelajaran?

Komentar

  1. Menurut saya jika terjadi demikian maka dapat dilakukan evaluasi (proses pembelajaran), tujuannya untuk mengetahui kekeliruan-kekeliruan yang terjadi dalam penerapan model dick and carey tersebut sehinggasiswa pada akhirnya tidak memiliki kompetensi yang diharapkan.
    Cocok atau tidak nya hanyalah masalah proses penerapan dan hasil belajar siswa. Dick and carey sendiri memiliki tahapan yang cukup panjang dan terkonsep yang secara umum merancang pembelajaran menjadi berhasil.

    BalasHapus
  2. Menurut saya jika jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, maka harus dilakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.

    BalasHapus
  3. jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,maka perlu diadakannya revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.

    BalasHapus
  4. menurut saya dilakukan tahap dick and carey yang kesembilan yaitu melakukan revisi pada program pembelajaran. guru merevisi perangkat pembelajaran guna memperbaiki dan lebih menyempurnakan produk akhir penelitian pengembangan ini. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan seiring dengan berkembangnya taraf berpikir guru dan banyaknya saran konstruktif dari para validator. dengan begitu jika ada masalah maka akan segera mungkin diperbaiki oleh guru sebelum evaluasi sumatif dilakukan.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Menurut saya jika terjadi demikian , artinya siswa tidak memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan. yaitu tidak mampu menguasai materi. maka yang perlu dipermasalahkan bukan gagal atau tidak modelnya. tetapi proses penerapannya oleh guru dalam merancang, merencanakan, kemudian mengimplementasikan dikelas. makanya kita perlu teliti dalam merancang, karena jika kita gagal, berarti kita merancang kegagalan. artinya setiap prosesnya harus dilewati dengan sungguh2 per tahapnya, terutama pada analisis pembelajaran dan karakter siswa, per tahapnya. sehingga kita bisa mengetahui kelemahan siswa kita dimana dan kita sebagai guru dimana, dan jika kita sudah mengetahui ini, maka kita dapat merancang dengan baik.

    apabila terjadi kegagalan maka kita bisa merevisi perencanaan yang telah kita buat, memperbaikinya, melihat posisi penyebab kegagalannya dimana , agar untuk kedepannya tidak gagal lagi.

    BalasHapus
  7. menurut saya jika terjadi hal demikian maka kita perlu memperhatikan tingkat pemahaman siswa melalui 3 tipe dari evaluasi formatif.. hasil dari evaluasi formatif dapat kita analisis apakah model yg kita rancang dan kita kembangkan apakah sudah susuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai jika belum sesuai seperti kasus diatas maka kita sebagai guru hendaknya melakukkan revisi tentang model yang kita kembangkan setelah di revisi kemudian kita lakukan lagi evaluasi sumatif. baru lah kita tahu atrau terjadi peningkatan atau prnurunan dalam pembelajaran.

    BalasHapus
  8. menurut saya jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran dengan mengnggunaan metode dick and carey ini bukan kurang cocok digunakan dalam merancang atau megembangkan suatu mata pelajaran tetapi perlunya evaluasi . Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini dianggap puncak dalam aktifitas desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yan digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses desain sistem pembelajaran.

    BalasHapus
  9. Menurut saya jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,maka perlu diadakannya revisi terhadap draf program pembelajarannya. Revisi harus selalu dilakukan guna memperbaiki dan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi. Evaluasi juga perlu dilakukan baik dalam segi guru atau dalam segi peserta didik,. Apakah model dick and carey membuat siswa susah dalam memahami materi pelajaran atau peserta didiknya yang tidak ada keinginan untuk belajar. cocok atau tidaknya model dick and carey untuk merancang atau megembangkan suatu mata pelajaran hanya bagaimana menyesuaikan model itu dalam pembelajaran

    BalasHapus

  10. jika peserta didik tidak mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,maka perlu diadakannya revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja,  tetapi juga
    semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif

Konsep Konsep utama yang mendasari bab ini adalah evaluasi formatif, yaitu Proses perancang digunakan untuk mendapatkan data untuk merevisi instruksi mereka agar yang dibuat  lebih efisien dan efektif. Penekanannya adalah pada pengumpulan dan analisis data dan revisi instruksi. Bila versi terakhir dari instruksi tersebut adalah diproduksi, evaluator lain mungkin mengumpulkan data untuk menentukan keefektifannya. Ini Jenis evaluasi terakhir sering disebut sebagai evaluasi sumatif: sumatif dalam instruksi itu sekarang dalam bentuk akhirnya, dan tepat untuk membandingkannya dengan bentuk instruksi serupa lainnya. Ada tiga tahap dasar evaluasi formatif. Pertama, dalam evaluasi satu-ke-satu atau evaluasi klinis, perancang bekerja dengan pembelajar individual untuk mendapatkan data yang akan direvisi bahannya. Tahap kedua evaluasi formatif adalah evaluasi kelompok kecil. Sekelompok delapan sampai dua puluh peserta didik mewakili populasi sasaran mempelajari bahan mereka sendiri...

Desain Sistem Instruksional

Sistem instruksional adalah suatu kombinasi dari komponen-kompnen system instruksional dan pola pengelolaan yang tertentu, y ang telah disusun dalam suatu de sain atau seleksi, dan dalam pemakaian untuk menghasilkan belajar yang direncanakan dan terkontrol. Sistem instruksional adalah pengaturan seluruh sumber daya dan prosedur untuk mempromosikan belajar. Desain instruksional adalah proses sistematis untuk mengembangkan system pembelajaran dan pengembangan instruks ional adalah proses penerapan si stem atau rencana instruksional. Pengembangan instruksional adalah implementasi dari perancangan/perencanaan instruksional.  Desain merupakan kerangka, bentuk atau rancangan langkah pertama dalam fase pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang direkayasa. Desain juga dapat didefinisikan berbagai proses aplikasi berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu perangkat, suatu proses atau sistem dalam detail yang memadai untuk memungkinkan realisasi fisiknya. Tuj...

Landasan Sosial Kurikulum

Pendidikan merupakan sarana utama untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena dengan pendidikan diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan dalam pembangunan. Peran pendidikan dalam masyarakat adalah meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalnya, warga belajar bisa belajar tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan tertentu, dan sikap mereka semakin meningkat. Hal ini membuat mereka merasa semakin mantap sebagai warga negara (Made Pidarta, 1997 : 170) Dalam konteks pendidikan, kurikulum merupakan suatu elemen penting yang menentukan kuatnya pengaruh pendidikan. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terju...