Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.
Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran, sebagai berikut :
a. Kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila di anggap perlu memberikan pre-test;
b. Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;
c. Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila di anggap perlu.
Pengertian Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Prinsip – prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip – prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Prinsip – prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah :
1. Perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memliliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Sedangkan Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut yang akan menimbulkan motivasi lebih tinggi dalam belajar. Selain itu motivasi merupakan salah satu tujuan dan alat dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik pada kegiatan intelektual dan estetik setelah kegiatan belajar dan mengajar berakhir. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
2. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif seseorang dalam melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadikegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran.
3. Prinsip Keterlibatan Langsung / Pengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri terjun mengalami.
4. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974-1949) tentang Law of Learning, yaitu “Law of effect, Law of exercise, and Law of readiness”
5. Prinsip Tantangan
Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
6. Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi,eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih rajin dan bersemangat.
7. Prinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Instruksional Dan TujuanPendidikan
Pertimbangan dasar dalam merancang instruksional, yakni berdasarkan aspek kemungkinan ketercapaian tujuan pendidikan. Tujuan/sasaran pendidikan adalah aktivitas manusia yang berkontribusi pada berfungsinya sebuah masyarakat (termasuk berfungsinya individu dalam masyarakat) dan itu bisa diperoleh melalui pembelajaran. Salah satu prinsip yang terkenal yakni “Cardinal Principles of Secondary Education” (Komisi Reorganisasi Pendidikan Menengah, 1918), yang mengemukakan bahwa pendidikan dalam demokrasi, baik di dalam maupun di luar sekolah, harus berkembang dalam setiap individu yang memiliki pengetahuan, minat, cita-cita, kebiasaan, dan kekuatan dimana dia akan menemukan tempatnya dan menggunakan tempat itu untuk membentuk dirinya dan masyarakat selamanya. Komposisi dari pengetahuan, minat, cita-cita, kebiasaan, dan kekuatan", hal tersebut menjadi pertimbangan bagi komisi dan membaginya ke dalam tujuh bidang (1) kesehatan, (2) instruksi keterampilan dasar, (3) kelayakan sebagai keanggotaan rumah, (4) mengejar karir, (5) kewarganegaraan, (6) kelayakan dalam menggunakan waktu luang, dan (7) keetisan karakter. Kecenderungan yang sering terjadi, untuk menyusun pendidikan dalam berbagai macam hal “pokok bahasan” yang sebenarnya disederhanakan menjadi tujuan/sasaran pendidikan bukan sekedar kegiatan yang mencerminkan fungsi aktual manusia dalam masyarakat, melainkan masyarakat yang harus diubah menjadi subjek yang disebut sasaran/tujuan bidang keahlian.
Tujuan sebagai Hasil Pendidikan
Refleksi kebutuhan masyarakat dalam tujuan pendidikan biasanya diungkapkan melalui pernyataan yang menggambarkan kategori aktivitas manusia. Tujuan pendidikan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil pendidikan. Mereka merujuk terutama untuk kegiatan yang dimungkinkan dengan belajar, yang pada gilirannya sering terjadi diiringi dengan instruksi sengaja direncanakan. Untuk merancang instruksi, seseorang harus mencari cara untuk mengidentifikasi kemampuan manusia yang mengarah pada hasil yang disebut tujuan pendidikan.
Kursus dan Tujuannya
Perencanaan pengajaran sering dilakukan untuk kursus tunggal dan bukan untuk unit yang lebih besar seperti keseluruhan kurikulum. Tidak ada durasi panjang yang pasti atau tidak ada spesifikasi tetap “apa yang harus ditutupi”. Sejumlah faktor kemungkinan yang mempengaruhi pilihan durasi atau jumlah konten. Seringkali, lamanya waktu yang tersedia dalam satu semester atau tahun merupakan faktor penentu utama. Seperti yang biasa direncanakan, kursus sering memiliki beberapa tujuan, tidak hanya satu. Instruksi harus dirancang secara berbeda untuk memastikan masing-masing tujuan dapat dicapai oleh siswa dengan konteks kursus. Apakah ada banyak tujuan spesifik yang instruksional pada masing-masing perencanaan harus dilakukan, atau bisakah tugas ini dikurangi dengan cara tertentu? Untuk menjawab Pertanyaan ini, kita harus memikirkan kategori umum apa yang mungkin ada di antara semua materi pelajaran yang berbeda bisa dipelajari. Misalnya, belajar mendeskripsikan. Secara inheren berbeda dengan belajar mendeskripsikan sesuatu yang lain, seperti kejadian saat pengepungan Vicksburg. Perencanaan instruksional bisa sangat disederhanakan dengan menetapkan tujuan belajar menjadi lima kategori umum kemampuan manusia (Gagne, 1985). Kategori semacam itu bisa terbentuk karena masing-masing mengarah pada kelas kinerja manusia yang berbeda. Kemudian, masing-masing kategori juga memerlukan seperangkat kondisi instruksional berbeda pada pembelajaran yang efektif. Dalam masing-masing dari lima kategori ini, terlepas dari subjek instruksinya, kualitas kinerja yang sama berlaku.
LIMA KATEGORI HASIL BELAJAR
1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan individu berinteraksi dengan lingkungan mereka sebagai simbol atau konseptualisasi. Pembelajaran mereka di kelas diawali dengan tiga R, dan naik ke tingkat apapun yang sesuai dengan kemampuan minat individu dan kemampuan intelektual. Mereka merupakan aspek yang paling dasar dan struktur pendidikan formal yang paling luas. Mereka berkisar dari yang elementer keterampilan bahasa seperti menyusun kalimat dengan keterampilan teknis mutakhir ilmu pengetahuan, teknik, dan disiplin lainnya. Kelima jenis kemampuan itu adalah hasil belajar tercantum dalam Tabel 3.1 beserta contoh kemampuan intelektual yang mengidentifikasi diagonal dan menunjukkan aturan penggunaan kata ganti di kasus obyektif mengikuti preposisi.
Belajar keterampilan intelektual berarti belajar bagaimana melakukan sesuatu semacam intelektual. Umumnya, apa yang dipelajari disebut pengetahuan prosedural (Anderson, 1985). Pembelajaran seperti itu kontras dengan belajar bahwa ada sesuatu atau memiliki sifat tertentu. Yang terakhir adalah informasi lisan. Secara khusus, jika instruksinya memadai, dia belajar menggunakan metafora. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa siswa telah belajar menggunakan peraturan untuk ditunjukkan mengenai apa itu metafora; atau bahwa dia telah belajar menerapkan sebuah peraturan. Keterampilan ini, kemudian, memiliki fungsi menjadi komponen pembelajaran lebih lanjut. Artinya, Keterampilan menggunakan metafora sekarang dapat berkontribusi pada pembelajaran yang lebih kompleks dalam keterampilan intelektual, seperti menulis kalimat ilustratif, menggambarkan adegan dan acara, dan penyusunan esai. Jika seseorang ingin mengetahui apakah siswa telah mempelajari keterampilan intelektual ini, kita harus mengamati kategori kinerja. Biasanya hal ini dilakukan dengan menanyakan siswa untuk “menunjukkan apa itu metafora” dalam satu atau lebih kasus tertentu. Selain itu, observasi bisa dilakukan untuk menentukan apakah siswa tersebut tampil cukup bila diminta menggunakan metafora untuk menggambarkannya.
2. Strategi Kognitif
Strategi kognitif adalah keterampilan khusus dan sangat penting. Mereka adalah kemampuan yang mengatur cara belajar, mengingat, dan berpikir individu berdasarkan tingkah laku/dasar pemikiran sendiri. Misalnya, mereka mengendalikan tingkah lakunya saat sedang membaca dalam hal untuk belajar; dan metode internal yang dia gunakan untuk “sampai ke sebuah pokok masalah. “Ungkapan strategi kognitif biasanya dikaitkan dengan Bruner (Bruner, Goodnow, dan Austin, 1956). Rothkopf (1971) menyebutnya “prilaku mathemagenic” ; Skinner (1968) “ perilaku manajemen diri”. Ada yang mengharapkan keterampilan seperti itu akan meningkat dalam waktu yang relatif lama sebagai individu yang terlibat dalam belajar dan igin belajar lebih dan lebih, dan berpikir. Sebuah contoh ditunjukkan pada Tabel 3-1 adalah strategi kognitif penggunaan gambar sebagai link yang menghubungkan kata-kata dalam pembelajaran kosa kata bahasa asing (Atkinson, 1975). Asalkan sudah dipelajari sebelumnya, strategi kognitif bisa dipilih oleh pelajar sebagai cara memecahkan masalah baru. Sering kali, misalnya, masalah yang dihadapi dapat diraih dengan cara belajar dari masa lalu. Tahapan ini dimulai dengan tujuan yang ingin dicapai sebagai sebuah solusi. “Belajar dari masa lalu” adalah contoh strategi kognitif. Strategi kognitif yang paling sering terjadi adalah domain yang spesifik. Misalnya, ada strategi untuk menyimpan informasi dari membaca, untuk membantu pemecahan masalah kata dalam aritmatika, untuk membantu komposisi kalimat yang efektif, dan banyak lainnya yang berfokus pada ranah pembelajaran tertentu. Namun, beberapa strategi kognitif lebih umum, seperti prosesnya yang disebut inferensi atau induksi. Kemampuan semacam ini berkembang dengan jangka waktu yang cukup panjang, pelajar harus memiliki sejumlah pengalaman dengan induksi dalam situasi yang sangat berbeda untuk strategi menjadi dependably yang berguna, bila seorang pelajar menjadi terinduksi, strategi ini bisa digunakan dalam berbagai macam situasi lainnya.
3. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah jenis pengetahuan yang bisa kita nyatakan. Ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan deklaratif. Kita semua telah belajar banyak informasi lisan atau pengetahuan lisan. Telah tersedia dalam ingatan kita banyak item informasi yang umum digunakan seperti nama bulan, hari, minggu, surat, angka, kota, kota, negara bagian, negara, dan sebagainya. Kami juga memiliki banyak informasi yang lebih terorganisir, seperti banyak acara Sejarah A.S., bentuk pemerintahan, prestasi besar sains dan teknologi, dan komponen ekonomi. Informasi verbal yang kami ajarkan di sekolah sebagian “untuk kursus onh” dan sebagian jenis pengetahuan kita diharapkan bisa mengingat dengan segera sebagai orang dewasa. Pelajar biasanya memperoleh banyak informasi dari instruksi formal. Banyak juga belajar secara incidental, informasi tersebut disimpan di ingatan peserta didik, tapi belum tentu “hafal” dalam artian itu bisa diulang kata demi kata. Sesuatu seperti inti paragraf panjang disimpan dalam memori dan diingat dalam bentuk itu saat tuntutan menuntut itu. Contoh yang diberikan pada Tabel 3-1 mengacu pada kinerja menceritakan apa itu Keempat Amandemen. Contoh keduanya mendeskripsikan peserta didik tentang seperangkat acara, seperti yang mungkin terjadi dalam sebuah kecelakaan mobil. Mahasiswa sains belajar banyak informasi lisan, sama seperti yang siswa lakukan di bidang studi lainnya. Mereka mempelajari sifat bahan, benda, dan makhluk hidup, misalnya sebagian besar “fakta sains” mungkin bukan merupakan tujuan utama sains yang bisa dipertahankan. Namun demikian, pembelajaran fakta-fakta tersebut merupakan bagian penting dari belajar sains.
Sebaliknya, pembelajaran keterampilan intelektual adalah hal yang penting. Tidak ada ketidaksepakatan mengenai hal ini. Namun, informasi sangat penting yang pelajar harus miliki ialah informasi semacam itu yang tersedia untuk dipelajari dengan aplikasi secara khusus. Informasi juga penting untuk transfer pembelajaran dari satu situasi ke yang lain. Mencari tahu apakah siswa telah mempelajari beberapa fakta atau fakta item informasi terorganisir dalam mengamati masalah apakah yang mereka bisa mengkomunikasikannya. Cara termudah untuk melakukan ini, tentu saja, adalah meminta sebuah pernyataan informasi baik lisan maupun tulisan. Ini adalah metode dasar yang umumnya dilakukan oleh seorang guru untuk menilai informasi apa yang telah dipelajari. Di kelas awal, menilai komunikasi yang bisa dilakukan anak-anak dapat dilakukan memerlukan penggunaan pertanyaan lisan yang sederhana.
4. Keterampilan Motorik
Kemampuan lain yang diharapkan/dipelajari manusia adalah keterampilan motoric (Fitts dan Posner, 1967; Singer, 1980). Individu belajar meluncur, naik sebuah sepeda, untuk mengendarai mobil, menggunakan pembuka kaleng, untuk melompati tali. Ada juga keterampilan motorik untuk dipelajari sebagai bagian dari instruksi sekolah formal, seperti percetakan huruf (Tabel 3-1), gambar garis lurus, atau sejajarkan pointer pada tampilan. Terlepas dari kenyataan bahwa instruksi sekolah sangat berkaitan dengan peran intelektual, kami tidak mengharapkan orang dewasa berpendidikan tinggi kekurangan keterampilan motorik tertentu (seperti menulis) yang bisa digunakan setiap hari. Sebuah keterampilan motorik adalah salah satu dari jenis kemampuan manusia yang paling jelas. Anak-anak belajar keterampilan motorik untuk masing-masing huruf cetak yang mereka buat dengan pensil di atas kertas. Fungsi skill, sebagai sebuah kemampuan, hanya untuk memungkinkan performa motorik.
Akuisisi keterampilan motorik bisa disimpulkan ketika siswa dapat melakukan tindakan dalam berbagai konteks. Jadi, jika anak muda telah mendapatkan keterampilan mencetak huruf E, mereka seharusnya bisa melakukan gerakan motorik ini dengan pena, pensil, atau krayon, pada permukaan datar manapun, membangun huruf dengan berbagai ukuran. Jelas, orang tidak mau menyimpulkan bahwa keterampilan telah dipelajari dari satu contoh yang dicetak dengan pensil pada selembar kertas tertentu. Tapi dalam konteks memberikan bukti yang meyakinkan.
5. Sikap
Sekarang beralih ke apa yang sering disebut domain afektif (Krathwohl, Bloom, dan Masia, 1964), kami mengidentifikasi sekelompok kemampuan terpelajar yang disebut sikap. Semua dari kita memiliki berbagai macam sikap terhadap berbagai hal, orang, dan situasi. Efek dari suatu sikap adalah untuk memperkuat sisi positif seseorang atau reaksi negatif terhadap seseorang, benda, atau situasi. Kekuatan dari sikap orang terhadap beberapa item mungkin ditunjukkan oleh frekuensi dengan yang mereka pilih item itu dalam berbagai keadaan. Jadi, seorang individu dengan sikap yang kuat terhadap bantuan orang lain akan banyak membantu situasi, sedangkan orang dengan sikap lemah semacam ini akan cenderung membatasi tawaran bantuan untuk situasi yang lebih sedikit. Sekolah sering diharapkan menetapkan sikap yang disetujui secara sosial seperti menghormati orang lain, kerja sama, tanggung jawab pribadi, serta sikap positif terhadap pengetahuan dan pembelajaran, dan sikap self-efficacy. Seorang siswa belajar untuk memiliki preferensi untuk berbagai jenis kegiatan, lebih memilih orang tertentu kepada orang lain, menunjukkan ketertarikan pada kejadian tertentu dan bukan yang lain. Satu dari sekelompok pengamatan seperti itu bahwa siswa memiliki sikap terhadap objek, orang, atau peristiwa yang mempengaruhi pilihan tindakan terhadap mereka. Tentu saja, kebanyakan sikap seperti itu diperoleh di luar sekolah, dan ada banyak hal yang tidak diperoleh disekolah secara tepat mempertimbangkan fungsi instruksional mereka. Sebagai salah satu kemungkinan, instruksi sekolah mungkin memiliki tujuan untuk membangun sikap positif terhadap subjek yang sedang dipelajari (misalnya, Mager, 1968). Seringkali juga, pembelajaran di sekolah berhasil mengubah sikap terhadap kegiatan yang memberikan kenikmatan estetik. Salah satu contoh Tabel 3-1 adalah sebuah sikap positif terhadap membaca jenis fiksi tertentu. Dianggap sebagai kemampuan manusia, sebuah sikap adalah sebuah negara yang bertahan yang memodifikasi pilihan tindakan indiviual. Sikap positif untuk mendengarkan musik membuat siswa cenderung memilih aktivitas seperti itu dibanding orang lain, saat pilihan itu mungkin. Tentu saja, ini tidak berarti dia akan selalu mendengarkan musik, dalam segala situasi. Sebaliknya, itu berarti bahwa ketika ada kesempatan untuk bersantai (berlawanan dengan masalah mendesak lainnya) probabilitasnya, pilihan untuk mendengarkan musik terasa tinggi. Jika seseorang bisa mengamati siswa dalam jangka waktu yang lama, orang akan dapat mencatat bahwa pilihan kegiatan ini relatif sering. Dari seperangkat pengamatan semacam itu, itu dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap pendengaran musik. Sikap telah dipelajari atau dimodifikasi dalam arah tertentu. Dengan demikian, kinerja yang dipengaruhi oleh suatu sikap adalah pilihan dari jalannya tindakan pribadi yang memiliki kecenderungan untuk membuat pilihan seperti itu, menuju kelas, benda, orang, atau peristiwa tertentu, yang mungkin lebih kuat dalam satu siswa daripada siswa lainnya. Perubahan sikap akan terungkap sebagai kemungkinan perubahan untuk memilih tindakan tertentu dari pihak siswa. Pengamatan terhadap perubahan tersebut akan menimbulkan kesimpulan bahwa sikap siswa telah berubah, yaitu, menjadi “lebih kuat” kea rah positif.
D. Kemampuan Manusia sebagai Tujuan Kursus
Suatu kursus pengajaran biasanya memiliki tujuan yang sesuai dengan beberapa kategori kemampuan manusia. Kategori utama, yang memotong “konten” dari kursus, adalah lima yang telahdijelaskan. Dari sudut pandang yang diharapkan, hasil pengajaran, alasan utama untuk membedakan kelima kategori ini adalah bahwa mereka memungkinkan berbagai jenis kinerja manusia. Misalnya, kursus sains dasar dapat meramalkan tujuan umum seperti hasil belajar sebagai (1) pemecahan masalah kecepatan, waktu, dan percepatan; (2) merancang percobaan untuk memberikan tes ilmiah yang dinyatakan hipotesa; atau (3) menilai aktivitas sains. Nomor satu jelas disebut keterampilan intelektual dan, oleh karena itu, menyiratkan beberapa pertunjukan yang melibatkan operasi intelektual yang dapat ditunjukkan oleh siswa. Nomor dua berkaitan dengan penggunaan strategi kognitif karena menyiratkan bahwa siswa perlu menunjukkan kinerja kompleks dalam situasi baru, di mana panduan kecil disediakan dalam pemilihan dan penggunaan peraturan dan konsep yang telah dia pelajari sebelumnya. Ada tiga hal yang harus dilakukan dengan sikap, atau mungkin dengan seperangkat sikap, itu akan terjadi dalam perilaku sebagai pilihan tindakan yang diarahkan pada kegiatan sains. Kemampuan manusia dibedakan dalam lima kategori ini juga berbeda satu sama lain dengan cara lain yang sangat penting. Mereka masing-masing membutuhkan satu set kondisi belajar yang berbeda untuk pembelajaran mereka yang efisien. Kondisi yang diperlukan untuk mempelajari kemampuan ini secara efisien, dan perbedaan antara kondisi ini, dimulai dengan keterampilan intelektual dan strategi kognitif dengan tiga kategori yang tersisa.
PERANCANGAN INSTRUKSIONAL MENGGUNAKAN KEMAMPUAN MANUSIA
Sudut pandang yang disajikan dalam bab ini adalah bahwa instruksi harus selalu dilakukan karena dirancang untuk memenuhi tujuan pendidikan yang diterima. Bila tujuan dicocokkan dengan kebutuhan masyarakat, kondisi ideal ada untuk perencanaan total program pendidikan. Apakah usaha semacam itu harus dicoba, hasilnya adalah sebagai langkah pertama, daftar aktivitas manusia, yang masing-masing terkait dengan sebuah perkiraan kepentingannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bila aktivitas manusia berasal dari kebutuhan masyarakat dianalisis, aka akan menghasilkan satu set kemampuan manusia. Ini adalah deskripsi tentang apa yang masyarakat tertentu seharusnya tahu dan terutama apa yang seharusnya mereka ketahui untuk dilakukan. Serangkaian kemampuan semacam itu kemungkinan tidak sesuai dengan kemiripannya kategori materi pelajaran tradisional dari kurikulum sekolah. Tentu saja, akan menjadi hubungan antara kemampuan manusia dan subyek dari Kurikulum, tapi mungkin tidak akan menjadi korespondensi yang sederhana.
Sebagian besar desain instruksional, seperti yang dilakukan saat ini, berpusat pada perencanaan dan desain kursus. Namun, kita harus terus mempertahankan orientasi menuju tujuan pengajaran. Hasil belajar tidak selalu dapat diidentifikasi dengan baik, tampaknya tergantung arus topikal dari kursus. Mereka dapat diidentifikasi sebagai jenis kemampuan manusia terpelajar, sehingga menimbulkan kemungkinan jenis yang berbeda dari karakteristik manusia. Yang paling penting, seseorang tidak dapat memiliki kursus tanpa keterampilan intelektual. Ada beberapa alasan mengapa keterampilan intelektual memainkan peran sentral dalam merancang struktur suatu program studi. Pertama, mereka adalah jenis kemampuan yang menentukan apa yang dapat dilakukan siswa dan, dengan demikian, terikat erat dengan deskripsi kursus dalam hal hasil pembelajarannya.
Keterampilan intelektual yang dimiliki oleh siswa dapat menunjukkan bagaimana guru mengorganisasikan materi subyek secara logis. Pengorganisasian materi subyek dilaksanakan berdasarkan jenis-jenis tindakan wacana yang dilakukan guru selama proses pembelajaran. Bagaimana cara menyeimbangkan keterampilan intelektual dengan keterampilan sikap atau keterampilan lain yang dimiliki oleh siswa agar mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk diluar sana?
Bila semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.
Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran, sebagai berikut :
a. Kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila di anggap perlu memberikan pre-test;
b. Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;
c. Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila di anggap perlu.
Pengertian Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Prinsip – prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip – prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Prinsip – prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah :
1. Perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memliliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Sedangkan Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut yang akan menimbulkan motivasi lebih tinggi dalam belajar. Selain itu motivasi merupakan salah satu tujuan dan alat dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik pada kegiatan intelektual dan estetik setelah kegiatan belajar dan mengajar berakhir. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
2. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif seseorang dalam melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadikegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran.
3. Prinsip Keterlibatan Langsung / Pengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri terjun mengalami.
4. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974-1949) tentang Law of Learning, yaitu “Law of effect, Law of exercise, and Law of readiness”
5. Prinsip Tantangan
Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
6. Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi,eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih rajin dan bersemangat.
7. Prinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Instruksional Dan TujuanPendidikan
Pertimbangan dasar dalam merancang instruksional, yakni berdasarkan aspek kemungkinan ketercapaian tujuan pendidikan. Tujuan/sasaran pendidikan adalah aktivitas manusia yang berkontribusi pada berfungsinya sebuah masyarakat (termasuk berfungsinya individu dalam masyarakat) dan itu bisa diperoleh melalui pembelajaran. Salah satu prinsip yang terkenal yakni “Cardinal Principles of Secondary Education” (Komisi Reorganisasi Pendidikan Menengah, 1918), yang mengemukakan bahwa pendidikan dalam demokrasi, baik di dalam maupun di luar sekolah, harus berkembang dalam setiap individu yang memiliki pengetahuan, minat, cita-cita, kebiasaan, dan kekuatan dimana dia akan menemukan tempatnya dan menggunakan tempat itu untuk membentuk dirinya dan masyarakat selamanya. Komposisi dari pengetahuan, minat, cita-cita, kebiasaan, dan kekuatan", hal tersebut menjadi pertimbangan bagi komisi dan membaginya ke dalam tujuh bidang (1) kesehatan, (2) instruksi keterampilan dasar, (3) kelayakan sebagai keanggotaan rumah, (4) mengejar karir, (5) kewarganegaraan, (6) kelayakan dalam menggunakan waktu luang, dan (7) keetisan karakter. Kecenderungan yang sering terjadi, untuk menyusun pendidikan dalam berbagai macam hal “pokok bahasan” yang sebenarnya disederhanakan menjadi tujuan/sasaran pendidikan bukan sekedar kegiatan yang mencerminkan fungsi aktual manusia dalam masyarakat, melainkan masyarakat yang harus diubah menjadi subjek yang disebut sasaran/tujuan bidang keahlian.
Tujuan sebagai Hasil Pendidikan
Refleksi kebutuhan masyarakat dalam tujuan pendidikan biasanya diungkapkan melalui pernyataan yang menggambarkan kategori aktivitas manusia. Tujuan pendidikan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil pendidikan. Mereka merujuk terutama untuk kegiatan yang dimungkinkan dengan belajar, yang pada gilirannya sering terjadi diiringi dengan instruksi sengaja direncanakan. Untuk merancang instruksi, seseorang harus mencari cara untuk mengidentifikasi kemampuan manusia yang mengarah pada hasil yang disebut tujuan pendidikan.
Kursus dan Tujuannya
Perencanaan pengajaran sering dilakukan untuk kursus tunggal dan bukan untuk unit yang lebih besar seperti keseluruhan kurikulum. Tidak ada durasi panjang yang pasti atau tidak ada spesifikasi tetap “apa yang harus ditutupi”. Sejumlah faktor kemungkinan yang mempengaruhi pilihan durasi atau jumlah konten. Seringkali, lamanya waktu yang tersedia dalam satu semester atau tahun merupakan faktor penentu utama. Seperti yang biasa direncanakan, kursus sering memiliki beberapa tujuan, tidak hanya satu. Instruksi harus dirancang secara berbeda untuk memastikan masing-masing tujuan dapat dicapai oleh siswa dengan konteks kursus. Apakah ada banyak tujuan spesifik yang instruksional pada masing-masing perencanaan harus dilakukan, atau bisakah tugas ini dikurangi dengan cara tertentu? Untuk menjawab Pertanyaan ini, kita harus memikirkan kategori umum apa yang mungkin ada di antara semua materi pelajaran yang berbeda bisa dipelajari. Misalnya, belajar mendeskripsikan. Secara inheren berbeda dengan belajar mendeskripsikan sesuatu yang lain, seperti kejadian saat pengepungan Vicksburg. Perencanaan instruksional bisa sangat disederhanakan dengan menetapkan tujuan belajar menjadi lima kategori umum kemampuan manusia (Gagne, 1985). Kategori semacam itu bisa terbentuk karena masing-masing mengarah pada kelas kinerja manusia yang berbeda. Kemudian, masing-masing kategori juga memerlukan seperangkat kondisi instruksional berbeda pada pembelajaran yang efektif. Dalam masing-masing dari lima kategori ini, terlepas dari subjek instruksinya, kualitas kinerja yang sama berlaku.
LIMA KATEGORI HASIL BELAJAR
Tabel 3.1 Lima Jenis Kemampuan yang Dipelajari
|
Kemampuan
|
Contoh Kinerja
|
|
Keterampilan Intelektual
|
Mengidentifikasi
diagonal persegi panjang
Mendemonstrasikan
penggunaan kata kunci yang obyektif mengikuti preposisi
|
|
Strategi Kognitif
|
Menggunakan
link gambar untuk belajar setara dengan bahasa Inggris ke bahasa Inggris
Menata
ulang masalah yang dinyatakan secara verbal dengan bekerja mundur
|
|
Informasi Verbal
|
Menyatakan
ketentuan Amandemen Keempat Konstitusi A.S.
Menghitung
kejadian kecelakaan mobil
|
|
Keterampilan Motorik
|
Merencanakan
tepi papan
Mencetak
huruf E
|
|
Sikap
|
Memilih
membaca fiksi ilmiah
Memilih
berlari sebagai bentuk olah raga biasa
|
1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan individu berinteraksi dengan lingkungan mereka sebagai simbol atau konseptualisasi. Pembelajaran mereka di kelas diawali dengan tiga R, dan naik ke tingkat apapun yang sesuai dengan kemampuan minat individu dan kemampuan intelektual. Mereka merupakan aspek yang paling dasar dan struktur pendidikan formal yang paling luas. Mereka berkisar dari yang elementer keterampilan bahasa seperti menyusun kalimat dengan keterampilan teknis mutakhir ilmu pengetahuan, teknik, dan disiplin lainnya. Kelima jenis kemampuan itu adalah hasil belajar tercantum dalam Tabel 3.1 beserta contoh kemampuan intelektual yang mengidentifikasi diagonal dan menunjukkan aturan penggunaan kata ganti di kasus obyektif mengikuti preposisi.
Belajar keterampilan intelektual berarti belajar bagaimana melakukan sesuatu semacam intelektual. Umumnya, apa yang dipelajari disebut pengetahuan prosedural (Anderson, 1985). Pembelajaran seperti itu kontras dengan belajar bahwa ada sesuatu atau memiliki sifat tertentu. Yang terakhir adalah informasi lisan. Secara khusus, jika instruksinya memadai, dia belajar menggunakan metafora. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa siswa telah belajar menggunakan peraturan untuk ditunjukkan mengenai apa itu metafora; atau bahwa dia telah belajar menerapkan sebuah peraturan. Keterampilan ini, kemudian, memiliki fungsi menjadi komponen pembelajaran lebih lanjut. Artinya, Keterampilan menggunakan metafora sekarang dapat berkontribusi pada pembelajaran yang lebih kompleks dalam keterampilan intelektual, seperti menulis kalimat ilustratif, menggambarkan adegan dan acara, dan penyusunan esai. Jika seseorang ingin mengetahui apakah siswa telah mempelajari keterampilan intelektual ini, kita harus mengamati kategori kinerja. Biasanya hal ini dilakukan dengan menanyakan siswa untuk “menunjukkan apa itu metafora” dalam satu atau lebih kasus tertentu. Selain itu, observasi bisa dilakukan untuk menentukan apakah siswa tersebut tampil cukup bila diminta menggunakan metafora untuk menggambarkannya.
2. Strategi Kognitif
Strategi kognitif adalah keterampilan khusus dan sangat penting. Mereka adalah kemampuan yang mengatur cara belajar, mengingat, dan berpikir individu berdasarkan tingkah laku/dasar pemikiran sendiri. Misalnya, mereka mengendalikan tingkah lakunya saat sedang membaca dalam hal untuk belajar; dan metode internal yang dia gunakan untuk “sampai ke sebuah pokok masalah. “Ungkapan strategi kognitif biasanya dikaitkan dengan Bruner (Bruner, Goodnow, dan Austin, 1956). Rothkopf (1971) menyebutnya “prilaku mathemagenic” ; Skinner (1968) “ perilaku manajemen diri”. Ada yang mengharapkan keterampilan seperti itu akan meningkat dalam waktu yang relatif lama sebagai individu yang terlibat dalam belajar dan igin belajar lebih dan lebih, dan berpikir. Sebuah contoh ditunjukkan pada Tabel 3-1 adalah strategi kognitif penggunaan gambar sebagai link yang menghubungkan kata-kata dalam pembelajaran kosa kata bahasa asing (Atkinson, 1975). Asalkan sudah dipelajari sebelumnya, strategi kognitif bisa dipilih oleh pelajar sebagai cara memecahkan masalah baru. Sering kali, misalnya, masalah yang dihadapi dapat diraih dengan cara belajar dari masa lalu. Tahapan ini dimulai dengan tujuan yang ingin dicapai sebagai sebuah solusi. “Belajar dari masa lalu” adalah contoh strategi kognitif. Strategi kognitif yang paling sering terjadi adalah domain yang spesifik. Misalnya, ada strategi untuk menyimpan informasi dari membaca, untuk membantu pemecahan masalah kata dalam aritmatika, untuk membantu komposisi kalimat yang efektif, dan banyak lainnya yang berfokus pada ranah pembelajaran tertentu. Namun, beberapa strategi kognitif lebih umum, seperti prosesnya yang disebut inferensi atau induksi. Kemampuan semacam ini berkembang dengan jangka waktu yang cukup panjang, pelajar harus memiliki sejumlah pengalaman dengan induksi dalam situasi yang sangat berbeda untuk strategi menjadi dependably yang berguna, bila seorang pelajar menjadi terinduksi, strategi ini bisa digunakan dalam berbagai macam situasi lainnya.
3. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah jenis pengetahuan yang bisa kita nyatakan. Ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan deklaratif. Kita semua telah belajar banyak informasi lisan atau pengetahuan lisan. Telah tersedia dalam ingatan kita banyak item informasi yang umum digunakan seperti nama bulan, hari, minggu, surat, angka, kota, kota, negara bagian, negara, dan sebagainya. Kami juga memiliki banyak informasi yang lebih terorganisir, seperti banyak acara Sejarah A.S., bentuk pemerintahan, prestasi besar sains dan teknologi, dan komponen ekonomi. Informasi verbal yang kami ajarkan di sekolah sebagian “untuk kursus onh” dan sebagian jenis pengetahuan kita diharapkan bisa mengingat dengan segera sebagai orang dewasa. Pelajar biasanya memperoleh banyak informasi dari instruksi formal. Banyak juga belajar secara incidental, informasi tersebut disimpan di ingatan peserta didik, tapi belum tentu “hafal” dalam artian itu bisa diulang kata demi kata. Sesuatu seperti inti paragraf panjang disimpan dalam memori dan diingat dalam bentuk itu saat tuntutan menuntut itu. Contoh yang diberikan pada Tabel 3-1 mengacu pada kinerja menceritakan apa itu Keempat Amandemen. Contoh keduanya mendeskripsikan peserta didik tentang seperangkat acara, seperti yang mungkin terjadi dalam sebuah kecelakaan mobil. Mahasiswa sains belajar banyak informasi lisan, sama seperti yang siswa lakukan di bidang studi lainnya. Mereka mempelajari sifat bahan, benda, dan makhluk hidup, misalnya sebagian besar “fakta sains” mungkin bukan merupakan tujuan utama sains yang bisa dipertahankan. Namun demikian, pembelajaran fakta-fakta tersebut merupakan bagian penting dari belajar sains.
Sebaliknya, pembelajaran keterampilan intelektual adalah hal yang penting. Tidak ada ketidaksepakatan mengenai hal ini. Namun, informasi sangat penting yang pelajar harus miliki ialah informasi semacam itu yang tersedia untuk dipelajari dengan aplikasi secara khusus. Informasi juga penting untuk transfer pembelajaran dari satu situasi ke yang lain. Mencari tahu apakah siswa telah mempelajari beberapa fakta atau fakta item informasi terorganisir dalam mengamati masalah apakah yang mereka bisa mengkomunikasikannya. Cara termudah untuk melakukan ini, tentu saja, adalah meminta sebuah pernyataan informasi baik lisan maupun tulisan. Ini adalah metode dasar yang umumnya dilakukan oleh seorang guru untuk menilai informasi apa yang telah dipelajari. Di kelas awal, menilai komunikasi yang bisa dilakukan anak-anak dapat dilakukan memerlukan penggunaan pertanyaan lisan yang sederhana.
4. Keterampilan Motorik
Kemampuan lain yang diharapkan/dipelajari manusia adalah keterampilan motoric (Fitts dan Posner, 1967; Singer, 1980). Individu belajar meluncur, naik sebuah sepeda, untuk mengendarai mobil, menggunakan pembuka kaleng, untuk melompati tali. Ada juga keterampilan motorik untuk dipelajari sebagai bagian dari instruksi sekolah formal, seperti percetakan huruf (Tabel 3-1), gambar garis lurus, atau sejajarkan pointer pada tampilan. Terlepas dari kenyataan bahwa instruksi sekolah sangat berkaitan dengan peran intelektual, kami tidak mengharapkan orang dewasa berpendidikan tinggi kekurangan keterampilan motorik tertentu (seperti menulis) yang bisa digunakan setiap hari. Sebuah keterampilan motorik adalah salah satu dari jenis kemampuan manusia yang paling jelas. Anak-anak belajar keterampilan motorik untuk masing-masing huruf cetak yang mereka buat dengan pensil di atas kertas. Fungsi skill, sebagai sebuah kemampuan, hanya untuk memungkinkan performa motorik.
Akuisisi keterampilan motorik bisa disimpulkan ketika siswa dapat melakukan tindakan dalam berbagai konteks. Jadi, jika anak muda telah mendapatkan keterampilan mencetak huruf E, mereka seharusnya bisa melakukan gerakan motorik ini dengan pena, pensil, atau krayon, pada permukaan datar manapun, membangun huruf dengan berbagai ukuran. Jelas, orang tidak mau menyimpulkan bahwa keterampilan telah dipelajari dari satu contoh yang dicetak dengan pensil pada selembar kertas tertentu. Tapi dalam konteks memberikan bukti yang meyakinkan.
5. Sikap
Sekarang beralih ke apa yang sering disebut domain afektif (Krathwohl, Bloom, dan Masia, 1964), kami mengidentifikasi sekelompok kemampuan terpelajar yang disebut sikap. Semua dari kita memiliki berbagai macam sikap terhadap berbagai hal, orang, dan situasi. Efek dari suatu sikap adalah untuk memperkuat sisi positif seseorang atau reaksi negatif terhadap seseorang, benda, atau situasi. Kekuatan dari sikap orang terhadap beberapa item mungkin ditunjukkan oleh frekuensi dengan yang mereka pilih item itu dalam berbagai keadaan. Jadi, seorang individu dengan sikap yang kuat terhadap bantuan orang lain akan banyak membantu situasi, sedangkan orang dengan sikap lemah semacam ini akan cenderung membatasi tawaran bantuan untuk situasi yang lebih sedikit. Sekolah sering diharapkan menetapkan sikap yang disetujui secara sosial seperti menghormati orang lain, kerja sama, tanggung jawab pribadi, serta sikap positif terhadap pengetahuan dan pembelajaran, dan sikap self-efficacy. Seorang siswa belajar untuk memiliki preferensi untuk berbagai jenis kegiatan, lebih memilih orang tertentu kepada orang lain, menunjukkan ketertarikan pada kejadian tertentu dan bukan yang lain. Satu dari sekelompok pengamatan seperti itu bahwa siswa memiliki sikap terhadap objek, orang, atau peristiwa yang mempengaruhi pilihan tindakan terhadap mereka. Tentu saja, kebanyakan sikap seperti itu diperoleh di luar sekolah, dan ada banyak hal yang tidak diperoleh disekolah secara tepat mempertimbangkan fungsi instruksional mereka. Sebagai salah satu kemungkinan, instruksi sekolah mungkin memiliki tujuan untuk membangun sikap positif terhadap subjek yang sedang dipelajari (misalnya, Mager, 1968). Seringkali juga, pembelajaran di sekolah berhasil mengubah sikap terhadap kegiatan yang memberikan kenikmatan estetik. Salah satu contoh Tabel 3-1 adalah sebuah sikap positif terhadap membaca jenis fiksi tertentu. Dianggap sebagai kemampuan manusia, sebuah sikap adalah sebuah negara yang bertahan yang memodifikasi pilihan tindakan indiviual. Sikap positif untuk mendengarkan musik membuat siswa cenderung memilih aktivitas seperti itu dibanding orang lain, saat pilihan itu mungkin. Tentu saja, ini tidak berarti dia akan selalu mendengarkan musik, dalam segala situasi. Sebaliknya, itu berarti bahwa ketika ada kesempatan untuk bersantai (berlawanan dengan masalah mendesak lainnya) probabilitasnya, pilihan untuk mendengarkan musik terasa tinggi. Jika seseorang bisa mengamati siswa dalam jangka waktu yang lama, orang akan dapat mencatat bahwa pilihan kegiatan ini relatif sering. Dari seperangkat pengamatan semacam itu, itu dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap pendengaran musik. Sikap telah dipelajari atau dimodifikasi dalam arah tertentu. Dengan demikian, kinerja yang dipengaruhi oleh suatu sikap adalah pilihan dari jalannya tindakan pribadi yang memiliki kecenderungan untuk membuat pilihan seperti itu, menuju kelas, benda, orang, atau peristiwa tertentu, yang mungkin lebih kuat dalam satu siswa daripada siswa lainnya. Perubahan sikap akan terungkap sebagai kemungkinan perubahan untuk memilih tindakan tertentu dari pihak siswa. Pengamatan terhadap perubahan tersebut akan menimbulkan kesimpulan bahwa sikap siswa telah berubah, yaitu, menjadi “lebih kuat” kea rah positif.
D. Kemampuan Manusia sebagai Tujuan Kursus
Suatu kursus pengajaran biasanya memiliki tujuan yang sesuai dengan beberapa kategori kemampuan manusia. Kategori utama, yang memotong “konten” dari kursus, adalah lima yang telahdijelaskan. Dari sudut pandang yang diharapkan, hasil pengajaran, alasan utama untuk membedakan kelima kategori ini adalah bahwa mereka memungkinkan berbagai jenis kinerja manusia. Misalnya, kursus sains dasar dapat meramalkan tujuan umum seperti hasil belajar sebagai (1) pemecahan masalah kecepatan, waktu, dan percepatan; (2) merancang percobaan untuk memberikan tes ilmiah yang dinyatakan hipotesa; atau (3) menilai aktivitas sains. Nomor satu jelas disebut keterampilan intelektual dan, oleh karena itu, menyiratkan beberapa pertunjukan yang melibatkan operasi intelektual yang dapat ditunjukkan oleh siswa. Nomor dua berkaitan dengan penggunaan strategi kognitif karena menyiratkan bahwa siswa perlu menunjukkan kinerja kompleks dalam situasi baru, di mana panduan kecil disediakan dalam pemilihan dan penggunaan peraturan dan konsep yang telah dia pelajari sebelumnya. Ada tiga hal yang harus dilakukan dengan sikap, atau mungkin dengan seperangkat sikap, itu akan terjadi dalam perilaku sebagai pilihan tindakan yang diarahkan pada kegiatan sains. Kemampuan manusia dibedakan dalam lima kategori ini juga berbeda satu sama lain dengan cara lain yang sangat penting. Mereka masing-masing membutuhkan satu set kondisi belajar yang berbeda untuk pembelajaran mereka yang efisien. Kondisi yang diperlukan untuk mempelajari kemampuan ini secara efisien, dan perbedaan antara kondisi ini, dimulai dengan keterampilan intelektual dan strategi kognitif dengan tiga kategori yang tersisa.
PERANCANGAN INSTRUKSIONAL MENGGUNAKAN KEMAMPUAN MANUSIA
Sudut pandang yang disajikan dalam bab ini adalah bahwa instruksi harus selalu dilakukan karena dirancang untuk memenuhi tujuan pendidikan yang diterima. Bila tujuan dicocokkan dengan kebutuhan masyarakat, kondisi ideal ada untuk perencanaan total program pendidikan. Apakah usaha semacam itu harus dicoba, hasilnya adalah sebagai langkah pertama, daftar aktivitas manusia, yang masing-masing terkait dengan sebuah perkiraan kepentingannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bila aktivitas manusia berasal dari kebutuhan masyarakat dianalisis, aka akan menghasilkan satu set kemampuan manusia. Ini adalah deskripsi tentang apa yang masyarakat tertentu seharusnya tahu dan terutama apa yang seharusnya mereka ketahui untuk dilakukan. Serangkaian kemampuan semacam itu kemungkinan tidak sesuai dengan kemiripannya kategori materi pelajaran tradisional dari kurikulum sekolah. Tentu saja, akan menjadi hubungan antara kemampuan manusia dan subyek dari Kurikulum, tapi mungkin tidak akan menjadi korespondensi yang sederhana.
Sebagian besar desain instruksional, seperti yang dilakukan saat ini, berpusat pada perencanaan dan desain kursus. Namun, kita harus terus mempertahankan orientasi menuju tujuan pengajaran. Hasil belajar tidak selalu dapat diidentifikasi dengan baik, tampaknya tergantung arus topikal dari kursus. Mereka dapat diidentifikasi sebagai jenis kemampuan manusia terpelajar, sehingga menimbulkan kemungkinan jenis yang berbeda dari karakteristik manusia. Yang paling penting, seseorang tidak dapat memiliki kursus tanpa keterampilan intelektual. Ada beberapa alasan mengapa keterampilan intelektual memainkan peran sentral dalam merancang struktur suatu program studi. Pertama, mereka adalah jenis kemampuan yang menentukan apa yang dapat dilakukan siswa dan, dengan demikian, terikat erat dengan deskripsi kursus dalam hal hasil pembelajarannya.
Keterampilan intelektual yang dimiliki oleh siswa dapat menunjukkan bagaimana guru mengorganisasikan materi subyek secara logis. Pengorganisasian materi subyek dilaksanakan berdasarkan jenis-jenis tindakan wacana yang dilakukan guru selama proses pembelajaran. Bagaimana cara menyeimbangkan keterampilan intelektual dengan keterampilan sikap atau keterampilan lain yang dimiliki oleh siswa agar mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk diluar sana?
menurut pendapat saya kita sebagai pendidik sebaiknya dalam mengajarkan kepada peserta didik hendaknya kita selalu menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari. kita jelaskan materiny terlebih dahulu, jelaskan komponen-komponen pentingnya kemudian kita hubungkan dampak positif dan negatifnya dalam kehidupan sehari hari, dengan mengetahui dampak positif dan negatifnya dalam kehidupan sehari2 otomatis mereka akan berhati2 dengan lingkungan luar karna mereka sudah di beri pengetahuan tentang dampak yang di timbulkan.
BalasHapusseperti contoh kecil tentang pemakaian zat aditif pada makanan, kita ambil contoh pemakaian ajinomoto sebagai penyedap makanan,hal itu dilarang karena didalam pertanian ternyata ajinomoto itu bisa di katakan sebagai pupuk, kemudian kita beri tahu apa saja dampak positif dan negatifnya di dalam tubuh. kemudian siswa akan mengkostrak informasi yg didapat dari seorang guru. kemudian tugas kita meyakini siswa bahwa penggunaan ajinomoto tersebut berbahaya, setelah pengetahuan itu benar2 didapat oleh siswa maka ia akan berhati2 dalam pemilihan makanan dll. jadi bisa di lihat keterampilan inteleknya terbentuk,keterampilannya juga terbentuk sehingga siswa kita tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk di luar sana.
Saya setuju dengan pendapat welly, bahwa seharus nya guru dapat mengajarkan materi pembelajaran dengan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya adanya isu global warming, siswa dapat mencari informasi apa itu global warming? apa saja dampak global warming, bagaimana cara mencegah global warming. Maka dengan mengetahui cara mencegah global warming akan muncul sikap peduli akan lingkungan sekitar. Menurut saya itulah cara menyeimbangkan ketrampilan intelektual dengan sikap.
BalasHapuspembelajaran kimia dapat guru/pendidik hubungkan dengan kehidupan dan lingkungan siswa karna pada dasarnya kimia mempelajari hal-hal yang terjadi di sekitar kita. guru dapat memberikan contoh langsung materi kimia dengan kehidupan dan lingkungan sekitar. kemudian guru juga harus pandai berkomunikasi dengan siswa sehingga maksud dari materi dan penyampaian guru tercapai. seperti pada saat proses praktikum,selain motorik yang di perlukan,penyampaian verbal yang baik,sikap yang baik serta strategi kognitif dan keterampilan intelektual yang baik, hasilnya nanti juga akan baik. contoh pada praktikum sering kali menggunakan bahan yang cukup berbahaya,maka guru harus menjelaskan secara baik bahwa bahan tersebut berbahaya jadi siswa harus berhati-hati,sehingga secara tidak langsung guru melatih intelektual,sikap dan motorik anak sekaligus.
BalasHapusDalam pembelajaran apapun memang sebaiknya menghubungkannya dengan kehidupan dan lingkungan. Itu bertujuan agar teori yang didapat dan dipahami bisa direalisasikan ke kehidupan dan lingkungan melalui sikap. Saya akan mengambil contoh dari pelajaran sosial, di mana siswa pasti selalu diajarkan untuk bersikap sopan santun dan menghargai pendapat orang lain. Jika siswa benar-benar mengerti dan paham akan maksud dari bersikap sopan santun dan menghargai pendapat orang lain, maka siswa tersebut pasti akan merealisasikannya di kehidupannya.
BalasHapusiya guru penting membuat siswa maksimal dalam meningkatkan dan menyeimbangkan ketrampilan intelektual, sikap, maupun ketrampilan lain yang dimilikinya. cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah membuat siswa sadar akan pentingnya belajar dan menyukai proses belajar , yaitu dengan menyajikan materi pelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan siswa. sehingga siswa tertarik untuk belajar. selain itu dapat pula mengarahkan siswa belajar dengan memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga seluruh ketrampilan siswa dapat terasah. agar siswa tidak terpengaruh dengan lingkungan buruk, sebaiknya guru menyajikan manfaat mempelajari suatu materi dan bahayanya yang terkait dengan kehidupan siswa. sehingga dengan mengetahui manfaat dan bahayanya siswa dapat terhindar dengan pengaruh lingkungan yang buruk. misalnya ,, disekitar siswa terdapat lingkungan yang suka merokok. Maka guru dapat memberikan pelajaran kimia mengenai senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok, membuat praktikum dan menyajikan media sederhana tentang bahaya rokok. sehingga dengan hal ini siswa akan dapat membebaskan dirinya sendiri untuk tidak terpengaruh oleh teman-teman yang suka merokok.
BalasHapusSebagai pendidik dalam membelajarkan pelajaran khususnya mata pelajaran kimia maka harus dikaitkan dengan kehidupan sehari hari atau yang ada di lingkungan sekitar karena apa ? karena peserta didik mendapat pemahaman dan pengetahuan baru dari sekolah dan apabla tiak kita implementasikan dalam kehidupan sehari hari maka peserta didik hanya dapat pengetahuan begitu saja di bangku sekolah dan tidak tau bahwa sebenarnya apa yang ia pelajari ada di lingkungan sekitar sebangai implementasinya. Keterampilan intelektual akan ia dapatkan disekolah sedangkan sikap akan membawanya pada kehidupan sehari hari. seperti bahaya penggunaan bahan kimia dalam campuran makanan atau minuman dan lain-lain
BalasHapusuntuk menyeimbangkan hal ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan . maka kita sebagai guru untuk bisa kreatif dalam pembelajaran. kita sebagai guru lebih baik mengaitkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. karena akan lebih mudah untuk dipahami oleh siswanya. selain itu dapat pula mengarahkan siswa belajar dengan memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga seluruh ketrampilan siswa dapat terasah. agar siswa tidak terpengaruh dengan lingkungan buruk, sebaiknya guru menyajikan manfaat mempelajari suatu materi dan bahayanya yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.
BalasHapusMenurut saya jika kita ingin menyeimbangkan hasil pembelajaran terkait 5 jenis kemampuan yang harus dimiliki siswa (keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap) maka dapat dimulai dipikirkan/dipertimbangkan saat mempersiapkan sebuah rencana pembelajaran (RPP). Karena pada hakekatnya rancangan RPP mengacu pada lima kategori hasil belajar tersebut, sehingga tinggal bagaimana guru mengembangkan kreativitasnya dan kemampuannya dalam mengajar sehingga hasil pembelajarannya bisa mencapai 5 kategori yang harus dimiliki siswa. Agar siswa tidak terpengaruh dengan "hal-hal buruk" maka didalam sebuah pengajaran tetap harus ada kontrol/pengawasan dari guru. contohnya pada pembelajaran berbasis web, guru bisa mengontrol pengetahuan yang harus dimiliki siswa dengan membiasakan siswa berpikir kritis (peka dan mampu mengorganisasi kemampuannya) serta memberikan acuan materi yang harus dipenuhi siswa sehingga siswa bisa memprediksi, dan memilah-milah informasi yang diperoleh dari internet yang mana yang berkualitas dan yang mana informasi yang tidak baik (sumber yang tidak jelas) sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman konsep yang mungkin muncul.
BalasHapusmenurut saya menyeimbangkan semua keterampilan itu dengan cara, sebelum mengajarkan kita membuat rencana pembelajaran terlebih dahulu. didalam rencana pembelajran itu lah kita masukkan semua keterampilannya. contoh saja pada materi meidentifikasi larutan asam dan basa, disitu kita bisa memasukkan keterampitan intelektualnya dengan dia mencari sumber yang jelas dan keterampilan sikap nya kita lihat dari cara dia bekerja dan kolaborasi dia dalam kelumpok itu.
BalasHapusCara guru menyeimbangkan dengan menggunakan metode, model dan strategi pembelajaran yang efektif. Guru profesional harus memiliki wawasan yang luas tentang dimensi kepribadian ini beserta implikasinya dalam tujuan pendidikan. Sebab hakikat pendidikan itu adalah membentuk kepribadian peserta didik yang utuh dan seimbang. Maka guru yang berwawasan sempit dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya penekanan yang berlebihan pada aspek kognitif akan menimbulkan pendidikan yang intelektualistis, tidak trampil, dan rendah moralitasnya.
BalasHapusDengan demikian guru dalam menyikapi tugas dan perannya harus selalu berupaya menyeimbangkan dan mengintegralkan dimensi kepribadian peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian utuh dan seimbang. Hal ini sangat penting, mengingat kecenderungan peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya akan menentukan corak kepribadiannya di masa mendatang.